
Katanya Jakarta itu menyebalkan kalau hujan. Menyebalkan karena banyak genangan dan motor menepi di bawah jembatan sehingga kemacetan merajalela. Katanya Jakarta itu menyebalkan kalau hujan. Menyebalkan karena Gubernurnya sudah bukan yang itu, yang itu masuk penjara karena mulutnya.

Memang Jakarta menyebalkan kalau hujan. Menyebalkan karena manusia-manusia Jakarta ributnya minta ampun. Marah-marah, tidak sabaran. Baik di jalan mau pun di Twitter. Di jalan ribut pakai bel dan teriakan, di Twitter ribut pakai kata-kata negatif dan sumpah serampah untuk pemerintah. Lalu lama-lama ribut untuk topik-topik di luar hujan.
Padahal bisa saja hujan dihabiskan dengan membuat teh atau kopi atau coklat panas. Diseduh di pinggir jendela, sambil ajak teman. Di kantor pun bisa tidak pulang dulu. Ngobrol dengan kolega, kalau tidak malas. Kalau malas? Nikmati saja dengan nonton Youtube.

Musim hujan di Jakarta cenderung lebih lama dari pada di Surabaya. Menurut pengamatanku. Karena hujan pula, Jakarta jadi adem dan lebih enak dinikmati. Asal bawa payung, pakai sandal atau sepatu tahan basah, dan tentunya tidak pakai barang terlalu mahal alias cuek aja kalau barangnya kebasahan.
Sebaiknya dalam menghadapi hujan, warga Jakarta cuek dan lebih legowo. Dari pada stres, marah-marah, ngga ada feadahnya karena hujan pun cuek turun terus. Namanya juga alam. Alam goes on tidak peduli sama omelanmu.

coba klo bapaknya naik motor bawa bebek, captionya bakal “Cuek seperti bapak-bapak bawa Bebek” #apasih
SukaSuka
Kalau bawa kambing juga bisa “Cuek seperti bapak-bapak bawa kambing.”
SukaSuka